Rabu, 04 Mei 2011

IBNU KHALDUN
PENGANTAR
            Dalam sejarah  perkembangan Islam pasca Muhammad, agama ini berhasil mengepakkan sayap hingga kekuasaannya membentang sampai ke benua Eropa. Bak jamur di musim hujan, pada era keemasaan Islam secara berangsur-angsur muncul cendekiawan-cendekiawan bertalenta yang turut memberikan sumbangsih terhadap peradaban. Salah satu diantaranya dari sebagian banyak “orang jenius” tersebut adalah Ibn Khaldun yang hidup ketika Islam mengalami kemunduran sekitar abad 14-15 M. Pemikirannya yang diabadikan dalam kitab Al-Ibar telah memberikan pandangan betapa hebatnya cendekiawan Timur saat itu, tak kalah dengan para tokoh dari Barat. Khaldun dalam berbagai karyanya menguraikan tentang berbagai bidang wawasan seperti: sejarah, filsafat, sosiologi, sastra dan lain-lain.
            Ibn Khaldun adalah seorang pembaharu khususnya dalam bidang sejarah. Para sejarawan sebelumnya selalu mencampur-adukkan antara cerita fiksi dan kisah nyata. Mereka mendasarkan antara cerita fiksi dan mitos. Dalam hal ini Khaldun telah memberikan batasan tentang sejarah. Ia berkata “Dalam dzahirnya, sejarah hanyalah membawa kabar tentang hari-hari yang berlalu dan berita tentang negara-negara. Sementara di kedalamannya, sejarah adalah analisa dan mencari alasan yantg mendasari kejadian alam dan prinsip-prinsip dasarnya serta mencari tahu tentang bagaimana suatu peritiwa terjadi dan apa penyebabnya.” [1]
           
RIWAYAT HIDUP
            Tentang riwayat hidup Ibn Khaldun, banyak sekali buku atau artikel yang membahasnya secara lengkap. Hal ini dikarenakan Khaldun sendiri  menuliskan kisahnya perjalanannya dalam al-Tarif. Semasa hidupnya dapat diklasifikasikan dalam empat tahapan dimana yang masing-masingnya mempunyai maksud dan tujuan sendiri-sendiri.
  1. Masa kecil dan perkembangannya.
Ibn Khaldun lahir di Tunisia pada 27 Mei 1332 tepatnya dijalan Turbah Bay. Selain menghafal Al-Qur’an dan Tajwidnya, semasa kecilnya  ia juga mempelajari berbagai cabang ilmu seperti: ilmu syariat (antara lain: tafsir hadist, ushul, tahuid dan fikih mazab imam Maliki), ilmu bahasa seperti: (bahasa nahwu, sharaf, balaghah dan kesustraan) ilmu fisika dan matematika. Masa ini yang sangat menguntungkan Ibn Khaldun karena pada saat itu Tunisia menjadi pusat berkumpulnya sastrawan di negara Maghribi serta tempat tujuan utama para ulama yang hijrah dari Andalus. Kemungkinan karena banyaknya sang guru dan besarnya peluang untuk menimba ilmu inilah yang kemudian menjadikannya seorang yang pandai. Ini dibuktikan dalam karyanya, Khaldun mencatat nama-nama gurunya dan riwayat hidupnya dan karyanya, diantaranya: Muhammad bin Sa’ad, Muhammad bin Burral al- Anshari, Muhammad bin al-Arabi al-Husyari, Muhammad bin Bahr, Ahmad bin al-Qashshar dan lain-lain. Selain itu mencatat buku-buku yang ia pelajari seperti;  al-Lamiyah fi l-Qiraat, ar Ra’iyah fi rasmi i- Mushhaf, al- Mualaqat, kitabul hammasah li I-A’lam,  antalogi imam Maliki (shahih muslim dan maoutha) dan lain-lain.
Ketika Ibn Khaldun berumur delapan belas tahun, terjadi dua peristiwa penting yang meyebabkannya berhenti belajar dan kedua-duanya memberikan bekas yang delam di perjalanan hidupnya. Tahun 794 H penyakit pes melanda sebagian besar belahan dunia barat dan timur, tempat tinggalnya pun tak luput dari ganasnya penyakit ini. Setiap hari puluhan hingga ratusan orang mati terserang penyakit tersebut[2]. Yang paling menyakitkan adalah penyakit ini juga menyerang kedua orang tua dan guru-gurunya. Khaldun sendiri selamat karena  selama berbulan-bulan ketika wabah menyerang ia tinggal di Kota Marriyah.
Dalam karyanya At-tarif: 20 Khaldun berkata: “ ketika aku pada usia meningkat, masaku berkembang mereguk ilmu  pengetahuan, ketika selalu tidak puas dengan ilmu yang telah diperoleh dengan cara berpindah dari suatu sorongan ke sorongan yang lain, tiba-tiba penyakit pes menyerang semua orang, seluruh syekh, dan kedua orang tua diriku pun -semoga Allah merahmati mereka- wafat oleh serangan penyakit tersebut”.      
Akibat peristiwa tragis tersebut membuat Khaldun mulai berpikir ke depan. Ia merasa sudah tak memungkinkan untuk belajar dan menimba ilmu. Secara tiba-tiba garis kehidupannya berubah, ia mulai berminat pada pekerjaan –pekerjaan umum[3].
  1. Terjun ke dunia politik, pemerintahan dan berkeluarga
Tahun 751 H atau 1350 M, Ibn Khaldun bekerja pada Sultan Ibn Tafrakin dengan Jabatan Kitabah al-Allamah, yaitu penulis kata-kata Alhamdullah dan Asy Syukru Lillah dengan pena yang keras, diantara basmalah mendahului tulisan-tulisan berupa surat dan instruksi. Tahun 753 H, Tunisia diserang oleh Amir Qusanthianah Abu Zaid  yang ingin merebut kembali sisa-sisa peninggalan ayahnya dari tangan imperialis Tafakrin. Serangan itu berhasil sehingga menyebabkan Khaldun harus menyelamatkan diri. Setelah berkeliling ke beberapa negeri, akhirnya  ia dapat tempat tinggal di Baskarah (sebuah kota di aljazair, maghribi tengah), disini ia kemudian menikah pada tahun 754 H.
Setelah berkeluarga Ibn Khaldun melakukan perjalanan ke daerah jazirah Andalusia sebanyak 2 kali tahun 764-766 H. Setelah hampir dua setengah tahun menetap  di sana, Khaldun beserta keluarganya kembali ke Maghribi. Di tempat tinggal lamanya ini, dibawah kekuasaan  Amir Bijayah ia meniti karir dalam dunia politik praktis menduduki jabatan hijabah akan tetapi kenyamanan Ibn Khaldun tak bertahan lama karena ada kerusuhan besar antara Amir Bijayah dengan sepupunya Sultan Abdul Abbas pada tahun 764 H yang berakhir dengan kemenangan Abbas. Selanjutnya, tahun 776 H, Khaldun berangkat untuk kedua kalinya ke Andalusia.
  1. Masa mengarang
Muqaddimah (pembukaan) yang merupakan karya paling populer dari sosok Ibn Khaldun yang diselesaikannya selama lima bulan pada tahun 799H. Boleh dikata sangatlah menakjubkan, karena karya itu (meskipun hanya pengantar) merupakan karya yang besar dan berkualitas. Bahkan paling populer diantara karya-karya khaldun lainnya.
Revisi dan proses melengkapi kitab dilakukan Khaldun saat ia berada di Tunisia, dan kemudian menghadiahkan kitab Muqaddimahnya kepada Sultan Abdul Abbad. Setelah itu selama delapan tahun kehidupan Khaldun difokuskan dalam kepengarangan dengan inspirasi yang kritis dan analisis tajam. Pengalaman semasa hidupnya dimana banyak terjadi peristiwa dan pergolakan menjadikan modal yang besar terhadap keberhasilannya.
  1. Masa terakhir: mengajar dan meninggal
Tahun 1328 M, Ibn Khaldun hijrah ke Mesir dengan tujuan ingin menunaikan ibadah Haji. Kemudian ia mengajar di Universitas Al-Azhar dengan mengadakan kuliah halaqah dengan dihadiri oleh siapapun (umum). Disana ia memberikan materi tentang Hadish, Fikih Maliki serta teori-teori  kemasyarakatan yang diambilnya dari Muqaddimah.
Tahun 786 Khaldun menjadi dosen fikih Maliki di Madrasah Qamniah. Kuliah pertamanya dihadiri para ulama, pembesar kerajaan dan para amir. Setahun kemudian Khaldun mendapat kepercayaan penuh dari sultan Mesir  untuk menduduki posisi Ketua Pengadilan Kerajaan Mesir. Namun sepertinya setiap kali kesuksesannya selalu di barengi dengan kedukaan. Tak lama setelah ia menjabat menjadi Ketua Pengadilan, istri beserta anaknya dari Magribi menyusulnya ke Mesir. Namun, dalam perjalanan tersebut mereka meninggal akibat angin badai.
Tahun 803, Temerlane (Raja Mongol) telah bergerak dari Timur dengan tentaranya telah merebut Syam (Syria), dan menguasai Kota Aleppo. Kemudian setelah sampai mengadakan pertemuan dengan Khaldun dengan maksud diplomasi dan saling bertukar pikiran. Tahun 1406, Ibn Khaldun tiba-tiba wafat dalam usia tujuh puluh enam tahun. Tempat pemakamannya hingga sekarang masih menjadi kontroversi para ilmuwan dan sejarawan.

KARYA DAN PEMIKIRANNYA
            Meskipun Ibn Khaldun hidup pada masa dimana peradaban Islam mulai mengalami kehancuran, namun kenyataannya ia mampu menunjukkan kualitas dan kuantitas dirinya dengan melahirkan pemikiran besar melalui karya-karyanya. Pemikiran –pemikiran yang dituangkan dalam karyanya  hampir seluruhnya bersifat orisinil dan kepeloporan. Karya-karya Ibn Khaldun antara lain:
  1. Kitab al-‘Ibar wa Diwan al-Mubtada’wa al Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-‘ Ajam wa al-Barbar wa man ‘Asharahum min Dzawi al-Sulthan al-Akbar.
Kitab ini oleh Ibn Khaldun disusun dengan sistematika sebagai berikut:
  1. Pendahuluan ( al-Muqaddimah) yang membahas tentang manfaat historiografi, bentuk-bentuk historiografi dan beberapa kesalahan para sejarawan.
  2. Buku pertama yang berisi tentang peradaban dan berbagai karakteristiknya, seperti kekuasaan, pemerintahan, mata pencaharian, penghidupan, keahlian dan ilmu pengetahuan.
  3. Buku kedua yang mencakup uraian tentang sejarah bangsa arab dan bangsa-bangsa yang sejaman dengannya, seperti bangsa Natbi, Suryani, Persia, Yunani, Romawi, Turki, dan Franka.
  4. Buku  ketiga menguraikan sejarah bangsa Berber dan Zanatah, khusunya kerajan dan negara-negara di Afrika Utara ( Magribi)
Karya inilah yang sering dijadikan kajian hingga kini, karena isinya tidak hanya menghubungkan antar sejarah dan filsafat saja, tetapi juga ilmu lain yang sekarang disebut Ilmu Sosiologi.
  1. Muqaddimah
Seperti telah disebutkan diatas bahwa Muqaddimah termasuk dalam sitematika kitab al-Ibar.  Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya di dalam sitematika tersebut masih terbagi beberapa bab dan jilid pertama kitab al-Ibar inilah yang kemudian terkenal dengan al- Muqaddimah.
Muqadimah adalah karya yang paling terpopuler diantara semua karya Ibn Khaldun. Bisa juga dikatakan yang terbesar diantara yang terbesar karena al-Ibar sendiri juga merupakan karya terbesar Ibn Khaldun. Bahkan kadang orang salah mempersepsikan Muqaddimah. Banyak yang beranggapaan bahwa Muqqadimah tersebut adalah sama dengan al-Ibar, padahal sebenarnya hanya pembukaannya saja. Tak bisa disangkal memang Muqaddimah lebih terkenal dibanding al-Ibar sendiri. Kemungkinan dikarenakan karena isinya menyangkut tentang masalah-masalah sosial yang dianggap oleh para ahli sebagai embrio dari ilmu sosiologi.
            Al-Muqaddimah yang merupakan maqnum opusnya Ibn Khaldun ditulis dalam enam bab yang diawali dengan pendahuluan. Bab kedua membahas tentang peradaban Badui (al-badawi) dengan berbagai kondisinya, bab ketiga tentang dinasti, khilafah dan kerajaan serta yang berhubungan dengannya, bab keempat tentang peradaban kota (al- hadhari dengan berbagai macam kondisinya), bab kelima  tentang berbagai aspek  mata pencaharian dan bab keenam tentang ilmu pengetahuan dan metode perolehannya.
            Bila dicermati keenam bab tersebut sangat menjurus pada aspek tentang masyarakat. Dan ilmu sosiologi (sekarang ini) adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat atau gejalanya. Karena kekreatifan Ibn Khaldun yang melihat peristiwa disertai kajian obyek sosial maka para intelektual pun sepakat bahwa Muqaddimah merupakan buku pertama yang berbau dan menggunakan metode-metode sosiologi. Ibn- Khaldun sendiri akhirnya juga mendapat gelar bapak sosiologi.

  1. Al-Tarifi Ibn Khaldun wa Rihlatuh Garban  wa Syarqan
Karya ini lebih pada sebuah otobiografi Ibn Khaldun. Karena karya inilah kehidupan Ibn Khaldun dapat diserap oleh khalayak ramai secara lengkap. Karena  Khaldun sendirilah yang menuliskan riwayat hidup dan semua peristiwa peristiwa yang pernah dialaminya.
            Pada awalnya al-Tarif ditulis Ibn Khaldun sampai tahun 1395, sebagai lampiran  kitab al-Ibar, tetapi kemudian disempurnakan isinya dengan  berbagai peristiwa yang dialami beliau sampai 1405 M, satu tahun sebelum kematiannya.   Dari penjelasan diatas dapat dilihat betapa teliti dan cermatya Ibn Khaldun dalam mengkaji sebuah peristiwa terutama kehidupannya sendiri sehinga apa yang ditulisnya sangatlah berguna bagi generasi selanjutnya. Dalam karya tersebut, Khaldun juga meriwayatkan kehidupan orang-orang penting yang erat hubungannya dengan riwayat hidupnya.
  1. Karya-karya lain    
Bagi para ilmuwan dunia sudah hal biasa bilamana dari sekian banyak karyanya yang terangkat hanya beberapa saja. Begitu juga dengan Ibn Khaldun, akan tetapi bukan berarti karya-karya lain itu tidak berguna. Ibarat disebuah kelas diskusi, ada banyak orang yang berkomentar tapi yang paling menonjol mungkin cuma satu atau dua orang saja.
Karya Ibn Khaldun yang saat ini masih sempat dilestarikan yaitu sebuah ikhtisar atas karya Fakhruddin al Razi yang berjudul Al- Muhashal membahas tentang teologi klasik. Karya yang ditulis di Tunis ini kemudian oleh khaldun diberi judul Lubab al- Muhashshal fi al-Din. Karya lainya adalah Syifa al- Sail fi tahdzib al- Masa’il yang ditulis di Fezh berisi tentang uraian mistisime konvensional. Ibnu khaldun merupakan seorang tokoh pemikir islam dan  pemikirannya dapat dikatakan sangat modern pada masanya itu. Yang jelas beliau mendasarkan pemikiranya yang dituangkan kedalam karya-karyanya itu pada Alquran. Khaldun dikenal sebagai pemikir yang menggunakan doktrin sufi atau dengan kata lain pemikiranya cenderung kearah sufistik yang dibuktikan dengan jabatan yang Khaldun emban sebagai hakim agung Mahzab Maliki di Mesir selama beberapa kali. Pemikiran dan analisanya banyak memberikan warna dan pengaruh pada dunia ilmu sosial,politik, sejarah, filosofi, dan pendidikan. Sebagai pemikir islam Khaldun memiliki pemikiran yang luas, rasional dan obyektif. Melalui pembahasan yang ada dalam muqodimah menunjukkan bahwa Khaldun telah meletakkan dasar-dasar teoritis filsafat sejarah, yang sampai saat ini sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan masih kita rasakan.   

KESIMPULAN
            Ibn Khaldun memang pantas dikatakan sebagai salah satu tokoh yang paling spektakuler di masa panjang sejarah Islam. Hal ini sangatlah jelas karena pemikirannya yang tak terbatas pada satu konsep saja. Meskipun hari-hari dijalaninya dengan penuh tantangan.
Ibn Kholdun dengan karya-karyanya mampu untuk mencakup sebagian besar ilmu-ilmu sosial yang ada di dunia ini, dan dalam karya-karyanya itu Ibn Kholdun juga tidak melepaskan sandaran ilmunya pada aspek agama. Dari karya-karyanya seorang Ibn Kholdun dapat di ketahiu dia adalah seorang alim yang taat sekali dengan agamanya.
Dari karya-karya kholdun bila ditilik lebih dalam mengandung makna bahwa kehidupan manusia dengan segala aktifitasnya adalah untuk tujuan akhirat, dan bukan hanya untuk dunia itu sendiri. Kehidupan Ibn Kholdun juga sebagian besar didedikasikan untuk ilmu pengetahuan, Ibn Kholdun mengaplikasikan ilmu-ilmu yang dimiliki dalam kehidupannya, seperti dalam politik praktis maupun dunia pendidikan.  





SUMBER :
Arsyad, M. Natsir. 1990. Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah. Bandung : Penerbit Mizan.
Asy-Syarafa, Ismai. 2002. Ensiklopedi Filsafat. Jakarta: Khalifa.
Zainudin, A. Rahman. 1992. Kekuasaan dan Negara, pemikiran politik Ibnu Khaldun. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
 


[1] Ismail Asy-Syarafa, 2002, Ensiklopedi Filsafat. Jakarta: Khalifa, hlm. 7.
[2] Zainudin, A. Rahman. 1992. Kekuasaan dan Negara, pemikiran politik Ibnu Khaldun. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 46.

[3] Ibid. Hal 47.

0 komentar:

Posting Komentar