Rabu, 04 Mei 2011

Sejarah Asia Barat

IRAN PASCA KHOMEINI
PENDAHULUAN
                Kehadiran Ayatullah Khomeini yang tampil dengan gagasan revolusioner, antiimperialisme, menjunjungtinggi nasionalisme, dan ajaran islam pada decade 1980-an membawa perubahan menyeluruh di Negara Iran. Selain berhasil mengakhiri tradisi kerajaan sepanjang 2.500 tahun dan menggantinya dengan republic islam Iran, revolusi yang dilakukan Khomeini tidak hanya terbatas dalam bidang infrastruktur pemerintahan melainkan juga mempengaruhi nilai-nilai identitas nasional, social, politik, dan budaya.
                Langkah menjunjung tinggi ajaran islam ini diperkuat dengan adanya kebijakan dan penerapan hukum guna mengembalikan tatanan masyarakat Iran yang islami. Kebijakan berupa penutupan klub malam, pelarangan alcohol, perjudian, pornografi, hingga kebijakan dalam bidang sosia seperti revisi buku, lembaga pendidikan, menunjukkan bagaimana langkah menghapus unsure-unsur yang tidak islami begitu gencar dilakukan pemerintahan inggris.
PEMBAHASAN
1.      Pergeseran Orientasi.
Dalam terminologi Syiah, "sekularisme" adalah reaksi atas penindasan yang dilakukan para khalifah Sunni. Sekularisme adalah bentuk perlindungan terhadap konsep-konsep dan ajaran Syiah. Secara dogmatik, teori sekularisme ala Syiah ini pun masih diperdebatkan di kalangan ulama Syiah sendiri. Imam khomeini misalnya, dengan mengambil teladan syahidnya Imam Husain di tangan Yazid, ia berkesimpulan bahwa agama tidak bisa dipisahkan dari politik. Tetapi kalangan Syiah mayoritas berpendapat bahwa agama harus dijauhkan sejauh-jauhnya dari politik untuk melindungi eksistensi agama itu sendiri. Pendapat ini sampai sekarang masih dianut oleh imam besar Syiah saat ini yang berdomisili di Najaf (Iraq), Ayatollah Ali Sistani yang hingga sekarang tidak memerintahkan kaum Syiah Iraq untuk mengangkat senjata terhadap tentara pendudukan Amerika.
Diskursus sekularisme ala Syiah ini menyebabkan Imam Khomeini mengambil konsep "republik" untuk negara Islam Iran yang lahir dari Revolusi 1979. Ia samasekali tidak menyebut-nyebut konsep Imamat yang justru merupakan konsep genuine Syiah. Konstitusi Iran pun meniru Konstitusi Perancis 1958, tempat Khomeini menghabiskan tahun- tahun terakhirnya dalam pengasingan sebelum kembali ke Teheran. Di balik kegigigihannya menyeret balik politik dalam pelukan agama, Khomeini masih menganut pemahaman mayoritas kaum Syiah bahwa "Imamat" hanya akan berdiri ketika The Hidden Imam (Imam yang tersembunyi) kembali di masa yang akan datang.
2.      Revolusi Konstitusi.
             Konstitusi Iran yang mulai berlaku setelah melalui proses referendum 12 Desember 1979 itu meresmikan otoritas Ayatollah Khomeini. Di posisi itu, ia menjadi pemimpin yang memberi arahan atau petunjuk terkait hukum agama.
Imam Khomeini ra semenjak awal sudah menerapkan sistem demokrasi dan meyakini suara rakyat sebagai pondasi sistem pemerintahan. Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini langsung menyerahkan keputusan selanjutnya kepada rakyat Iran melalui referendum. Hasilnya menunjukkan bahwa 98,2 persen memilih Republik Islam Iran sebagai sistem pemerintahan.
Yang menariknya lagi, sistem pemerintahan Islam Iran menggunakan istilah republik. Dengan demikian, status republik yang diimbuhkan pada sistem pemerintahan Islam, menunjukkan basis rakyat dalam sistem ini. Keputusan Imam Khomeini sangatlah bijak dengan mengimbuhkan republik pada sistem pemerintahan Iran. Untuk itu, inovasi Imam Khomeini Khomeini tersebut disambut baik oleh masyarakat Iran yang mayoritasnya adalah muslim. Imam Khomeini juga sangat menyadari bahwa seideal apapun sebuah sistem tidak akan berjalan tanpa didukung oleh rakyat. Syarat aksepabilitas (makbuliat) merupakan hal yang sangat urgen dalam sistem pemerintahan Islam. Terkait hal ini, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran saat ini, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, dalam berbagai pernyataannya menekankan demokrasi agama. Bahkan, Ayatollah Al-Udzma Ali Khamenei yang akrab dipanggil Rahbar, menegaskan bahwa salah satu keberhasilan besar Revolusi Islam Iran adalah berhasil menyatukan demkorasi dengan agama. Dalam sistem pemerintah Islam Iran, demokrasi sama sekali tidak bertentangan dengan agama. Pasca Revolusi Islam Iran, masyarakat agamis negara ini sepakat memilih Islam sebagai landasan sistem pemerintahan.
Sistem Republik Islam Iran menerapkan empat pemilihan umum di negeri ini. Keempat pemilihan umum tersebut ýadalah pemilu Dewan Ahli Kepemimpinan (Majles-e Khebregan-e Rahbari), Parlemen (ý(Majles-e Shura-e Islami), Presiden dan Dewan Kota. Dewan Ahli Kepemimpinan bberfungsi untuk memilih Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, yang jjuga diistilahkan dengan Wali Faqih. Selain itu, para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan yang dipilih rakyat, juga mengawasi kinerja Wali Faqih yang kini ýdijabat oleh Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Sementara Dewan Kota bberfungsi memilih Walikota dan mengawasi kinerjanya. Dengan demikian, Iran mmerupakan negara yang sangat demokratis yang juga sekaligus agamis.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Ayandeh menunjukkan bahwa 94% warga Iran menyatakan bahwa perlunya diadakan revormasi, 71% menginginkan referendum untuk memilih bentuk pemerintahan baru, dan 63% menginginkan perubahan fundamental. Jajak pendapat ini menunjukkan betapa masih kurang efektifnya peran yang dimainkan kelompok khatami dan betapa kuatnya cakar kubu konservatif dalam melanggengkan politik iran.
3.      Dampaknya.
            Sebagai contoh, pada bidang sosial kaum wanita selain peran keibuan dalam rumah tangga juga mempunyai peran yang penting dalam kehidupan sosial. Kini terdapat lebih dari 50 persen doktor dan 90 persen tenaga medis Iran dari kalangan wanita.
Wanita Iran pun tak ketinggalan pada bidang ekonomi. Mereka dengan mendirikan Asosiasi Wanita Pengusaha Iran di samping melakukan berbagai kegiatan ekonomi di dalam negeri juga berhasil melakukan kerja sama dengan ikatan wanita pengusaha negara-negara lain. Wanita Iran juga berperan dalam bidang teknologi negaranya dan mereka berpartisipasi secara aktif pada berbagai bidang teknologi canggih di Iran sekalipun teknologi nuklir.
Pada bidang kebudayaan dan kesenian wanita Iran berhasil menyumbang berbagai karya mereka yang sangat berguna bagai kehidupan bangsa Iran sebagaimana tercatat bahwa pada tahun 2006 para wanita Iran telah menulis lebih dari 8.673 judul buku. Hebatnya buku itu telah dipublikasikan dan juga berhasil membuat 473 judul film pada tahun 2005 yang mengikuti berbagai kompetisi internasional.
Pada bidang politik, selain ibu Fatemeh Vaez Javadi yang menjadi wakil presiden Mahmoud Ahmadinejad yang mengunjungi Indonesia beberapa waktu yang lalu. Lalu, mereke menduduki 12 kursi anggota parlemen, lebih dari 2.336 anggota dewan kota dan desa dan satu pertiga pegawai negeri serta 35 persen jabatan pengelola pemerintahan di seluruh Iran diduduki oleh kaum wanita.
Dengan sistem republik Islam yang mengizinkan wanita ikut serta dalam dunia perpolitikan, Iran mendobrak hegemoni negara-negara Timur Tengah yang cenderung hanya menempatkan pria di kursi pemerintahan. Proses demokratisasi telah membuat Pemerintah Iran memberikan aksesibilitas terhadap kaum wanita yang selama ini dianggap inferior dan tidak mampu memangku jabatan penting di pemerintahan.
Kehadiran para wanita di lembaga kepresidenan, parlemen, serta dewan kota dan desa di seluruh Iran memiliki dampak positif. Yang utama ialah tersalurkannya aspirasi kaum wanita Iran
Dengan kehadiran para wanita di parlemen, kepekaan yang mereka miliki akan isu-isu yang menyangkut kaumnya tertentu akan lebih tinggi. Dengan kepekaan yang lebih tinggi tersebut, para wanita di parlemen tentunya menjadi lebih aktif dalam memperjuangkan masalah yang menyangkut kepentingan kaum mereka sendiri.
Kehadiran para wanita di parlemen yang didukung rekan-rekan feminis serta lembaga swadaya masyarakat berhasil membuat beberapa perubahan penting. Sebagai contoh perjuangan kaum wanita Iran dalam memperjuangkan hak-hak mereka adalah terjadinya perubahan dari kebijakan yang ada sebelumnya yang cenderung lebih menguntungkan kaum pria.
Pada pertengahan tahun 1990-an terjadi perubahan hukum perceraian yang lebih memihak wanita. Hukum perceraian yang awalnya lebih menguntungkan pria berganti menjadi lebih adil karena memungkinkan istri yang diceraikan mendapatkan ganti rugi atas pekerjaan rumah tangga yang telah dilakukannya.
Perubahan lain yang tak kalah penting mengenai hak kaum wanita juga terjadi dalam bidang pendidikan. Hal ini diwakili dengan dihapuskannya peraturan yang membatasi pemilihan jurusan oleh wanita di tingkat universitas. Para wanita yang sebelumnya tidak dapat mendaftar ke beberapa jurusan di universitas, seperti jurusan hukum karena adanya aturan bahwa jurusan tersebut hanya untuk kaum pria, saat itu sudah dapat mendaftar ke berbagai jurusan yang sesuai dengan kehendak mereka.
Bahkan, kini terdapat universitas yang khusus bagi kaum perempuan di Iran Iran, seperti Universitas Al-Zahra. Dihapuskannya aturan yang mendiskriminasikan kaum wanita Iran dalam mengenyam pendidikan tentunya sejalan dengan landasan persamaan derajat antara pria dan wanita yang tertuang di dalam Alquran dan dipertegas dalam mukadimah Konsitusi Republik Islam Iran.
Perempuan Iran adalah salah satu kekuatan yang sangat berpengaruh dalam meruntuhkan rezim Shah yang feodal. Tanpa dukungan mereka, nyaris mustahil revolusi akan berhasil.
Mereka berpartisipasi dalam berbagai posisi di pemerintahan maupun swasta, termasuk dalam ketentaraan sebagai staf medis (dokter atau perawat) dan kepolisian. Sifat lain perempuan Iran adalah teguh dan keras dalam mengarungi kehidupan. Ini dibuktikan dengan penaklukan Mount Everest sebagai Muslimah pertama.
Bahkan, perempuan Iran menjadi turis wanita pertama yang ke luar angkasa. Perempuan Iran pun tidak ketinggalan dalam bidang iptek. Sebut saja Prof Nasrin Moazami dari Lembaga Penelitian Ilmu dan Teknologi Iran.
Moazami adalah pelopor pembangunan di bidang penelitian parasitologi dan mikrobiologi. Penelitiannya pada tahun 1986 menemukan bahwa bakteri Bacillus thuringeinsis dapat membunuh larva nyamuk anopheles, aedes, atau culex.
Penemuan besar di bidang bakteri ini adalah bahwa ia punya potensi memberantas penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti malaria, demam berdarah (dengue), dan filariasis. UNDP dan Unesco yang tertarik dengan penemuan Moazami mendirikan pabrik percontohan pada 1990.
Di pabrik percontohan ini ia melakukan persiapan, fermentasi, pengeringan, sampai formasi produk itu yang di kemudian hari disebut bioflash. Dengan kerja keras tanpa kenal lelah, dua tahun lalu pabrik itu memulai produksi dengan kapasitas 100 metrik ton/tahun. Sekitar 20 persen produk ini digunakan oleh Pemerintah Iran dan sisanya siap untuk diekspor.
Ikhtisar:
- Lebih dari 50 persen doktor dan 90 persen tenaga medis Iran dari kalangan wanita.
- Dengan sistem Republik Islam yang mengizinkan wanita ikut serta dalam dunia perpolitikan, Iran mendobrak hegemoni negara-negara Timur Tengah.
- Hingga akhir tahun lalu 55 persen mahasiswa Iran berjenis kelamin wanita

PENUTUP
Pasca kemenangan revolusi Islam dan berdirinya republic islam iran, dunia masih belum kenal betul kekuatan dan pengaruh menakjubkan yang dimiliki revolusi islam iran terhadap bangsa-bangsa muslim lainnya. Di barat sendiri hanya sebagian intelektual saja yang bisa menggambarkan kemenangan dan masa depan revolusi islam.
                     Wanita Iran merupakan kaum yang merasakan pengaruh khusus dari tatanan negara Iran baru yang berlandaskan ajaran Islam. Salah satu bentuk gagasan Khomeini yang revolusioner ialah gagasan yang berbunyi: ”Walaupun pria dan wanita mempunyai hak yang sama, tetapi terdapat perbedaan jasmani dan rohani antara wanita dan pria.”
Perbedaan itulah yang menyebabkan wanita dan pria untuk saling menutupi kekurangan satu sama lain. Salah satu contohnya adalah lingkungan keluarga yang biasanya pria menghabiskan waktu lebih sedikit ketimbang wanita. Maka dari itu revolusi Islam Iran dengan nilai-nilai Islam mencoba untuk meningkatkan peran wanita dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa Abd. Rahman,2003, Iran Pasca Revolusi: Fenomena Pertarungan Kubu Reformis dan Konservatif, Jakarta: Kompas.
www.Republika.co.id./Wanita Iran Pasca Revolusi.

0 komentar:

Posting Komentar